
Pemeriksaan kesehatan Udang di Tambak Tradisional dan Intensif: Fasilitator IISAP, Barantin, dan Penyuluh Perikanan Lakukan Langkah Deteksi Dini Penyakit
Labuhan Maringgai, 12 Juni 2025 — Upaya deteksi dini penyakit pada komoditas unggulan perikanan terus dilakukan di lapangan. Hari ini, fasilitator IISAP bersama tim dari Barantin (Badan Karantina Indonesia) serta penyuluh perikanan setempat melakukan kegiatan pengambilan sampel udang dari dua jenis sistem budidaya, yaitu tambak tradisional dan tambak intensif.
Kegiatan ini berlangsung di kawasan budidaya udang vaname di pesisir Labuhan Maringgai, Pengambilan sampel dilakukan secara hati-hati dan mengikuti prosedur biosekuriti yang ketat untuk memastikan tidak ada kontaminasi silang antar lokasi.
kegiatan ini bertujuan untuk memantau kondisi kesehatan udang secara berkala, khususnya dalam mengantisipasi potensi serangan penyakit seperti White Spot Syndrome Virus (WSSV), Infectious Myonecrosis Virus (IMNV), dan Early Mortality Syndrome (EMS) yang selama ini menjadi ancaman utama dalam budidaya udang.
“Langkah ini sangat penting sebagai bagian dari manajemen kesehatan udang berbasis data. Dengan mengetahui status kesehatan udang sedini mungkin, kita dapat memberikan rekomendasi teknis dan perbaikan manajemen sebelum terjadi kerugian yang lebih besar di tingkat pembudidaya,”
Sampel udang yang diambil selanjutnya akan dibawa ke laboratorium untuk dilakukan analisis PCR (Polymerase Chain Reaction). Pemeriksaan PCR menjadi metode utama yang digunakan dalam mendeteksi keberadaan patogen secara akurat dan cepat.
Kepala Seksi Karantina Ikan dari Barantin menyampaikan bahwa kegiatan ini juga merupakan bagian dari program pengawasan terpadu dan sistematis di kawasan budidaya. “Kami mendukung penuh inisiatif ini sebagai bentuk kolaborasi antara pusat dan daerah dalam menjaga keberlanjutan sektor perikanan budidaya,” ujarnya.
Penyuluh perikanan turut berperan aktif dalam mendampingi pembudidaya dan menyampaikan edukasi tentang pentingnya monitoring kesehatan udang secara rutin. Diharapkan, melalui kegiatan ini, pembudidaya semakin sadar akan pentingnya penerapan prinsip kehati-hatian, biosekuriti, serta pengelolaan kualitas lingkungan tambak.
Dengan adanya sinergi antara berbagai pihak, kegiatan ini menjadi langkah konkret dalam memperkuat sistem ketahanan akuakultur nasional dari ancaman penyakit. Hasil tes PCR diharapkan dapat menjadi dasar penyusunan strategi pengendalian penyakit di lapangan yang lebih efektif dan tepat sasaran.