Petambak Mandiri di Bone, Tanam 30.000 Mangrove untuk Masa Depan Tambak Lestari

Petambak Mandiri di Bone, Tanam 30.000 Mangrove untuk Masa Depan Tambak Lestari BONE – Di sepanjang garis pesisir Desa Sumpang Minangae dan Desa Pattiro Riolo, Kecamatan Sibulue, Kabupaten Bone, terbentang pemandangan yang menyegarkan mata sekaligus menginspirasi. Di sela-sela petak-petak tambak udang, berdiri kokoh barisan pohon mangrove yang rimbun dan subur, membuktikan adanya perlawanan terhadap praktik eksploitasi lahan yang seringkali merusak. Ini adalah hasil kerja keras seorang petambak bernama Arifin, yang sejak tahun 2017 telah menanam secara mandiri lebih dari 30.000 pohon mangrove, sebuah gerakan akar rumput yang kini menjadi model keberlanjutan bagi petambak lainnya.

Arifin, pria yang telah puluhan tahun mengabdi pada tambak, tak pernah menganggap mangrove sebagai tanaman liar yang mengganggu. Baginya, mangrove adalah kawan sejati, penopang kehidupan yang harus dirawat. Dengan dana dan tenaga pribadi, atau yang ia sebut sebagai swadaya, Arifin berkomitmen menanam mangrove di setiap saluran tambak yang ia sewa. “Setiap kali saya membuka lahan tambak baru atau memperbarui sewa, hal pertama yang saya lakukan adalah menyiapkan bibit mangrove. Saya tanam di sepanjang pematang dan saluran air. Ini sudah jadi kebiasaan,” tutur Arifin.

Bagi Arifin, upaya menanam mangrove bukan sekadar hobi, melainkan investasi jangka panjang. Rimbunan mangrove yang kini menjulang tinggi di pinggir tambaknya adalah bukti nyata dari dedikasi tersebut. Pohon-pohon itu berfungsi sebagai benteng alami yang menahan erosi, mencegah longsoran tanah ke dalam tambak, dan melindungi dari gempuran ombak. Lebih dari itu, akar-akar mangrove juga berperan sebagai filter alami, menyaring kotoran dan menjaga kualitas air tambak tetap optimal. Alhasil, udang dan ikan yang ia budidayakan menjadi lebih sehat dan menghasilkan panen yang melimpah.

“Air bersih adalah kunci sukses budidaya. Dengan adanya mangrove, kualitas air jadi bagus, tambak tidak cepat kotor, dan udang pun bisa tumbuh maksimal,” jelasnya sambil menunjuk ke arah barisan mangrove yang tumbuh rapat dan hijau.

Semangat yang ditunjukkan Arifin tidak berhenti pada dirinya sendiri. Secara perlahan, kesadaran ini menular kepada petambak lain di Desa Sumpang Minangae dan Desa Pattiro Riolo. Mereka kini mulai mengikuti jejak Arifin, menanam bibit-bibit mangrove di lahan tambak masing-masing. Terlihat, bibit-bibit mangrove muda dengan daundaunnya yang hijau segar kini mulai ditanam rapi di sepanjang pematang, siap menjadi benteng alam yang tangguh di masa depan. Upaya kolektif ini telah mengubah wajah pesisir Bone menjadi lebih lestari. Hutan mangrove buatan ini tidak hanya berfungsi ekologis, tetapi juga menjadi habitat bagi berbagai biota laut, seperti kepiting, ikan kecil, dan burung. Model petambak mandiri yang dilakukan Arifin menjadi contoh nyata bagaimana inisiatif dari masyarakat dapat memberikan dampak besar bagi lingkungan. Kisahnya mengajarkan bahwa menjaga alam tidak selalu harus menunggu bantuan pemerintah, melainkan bisa dimulai dari langkah kecil dan swadaya, demi keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan bersama. Tim Fasilitator IISAP Bone

Lampiran File:
PETAMBAK MENANAM MANGROVE.pdf