
Potensi dan Tantangan Budidaya Udang Vanname di Jembrana,Bali
Kabupaten Jembrana, Bali, tengah mengembangkan budidaya udang vaname sebagai
salah satu komoditas unggulan. Berbagai inisiatif telah dilakukan untuk meningkatkan
produksi dan kualitas udang, serta mendukung kesejahteraan masyarakat setempat.Kabupaten
Jembrana, Bali, dikenal sebagai salah satu sentra budidaya udang yang menjanjikan di
Indonesia. Dengan garis pantai yang cukup panjang dan dukungan ekosistem perairan yang
mendukung, Jembrana menjadi lokasi ideal untuk tambak udang, terutama varietas udang
vaname dan udang windu. Panen udang di daerah ini tidak hanya menjadi sumber penghidupan
bagi banyak petambak, tetapi juga berkontribusi terhadap perekonomian lokal dan ekspor
komoditas perikanan Bali.
Proses Budidaya Udang di Jembrana. Sebelum mencapai masa panen, petambak di
Jembrana umumnya menjalani serangkaian proses budidaya yang membutuhkan ketelitian:
1. Persiapan Tambak
o Tambak dikeringkan dan dibersihkan dari sisa budidaya sebelumnya.
o Dilakukan pengapuran dan pemupukan untuk menyeimbangkan pH tanah dan
memicu pertumbuhan plankton sebagai pakan alami udang.
2. Penebaran Benur (Benih Udang)
o Benur udang vaname atau windu ditebar dengan kepadatan tertentu, disesuaikan
dengan luas tambak.
o Kualitas air (suhu, salinitas, oksigen terlarut) terus dipantau untuk mencegah
kematian benur.
3. Pemeliharaan
o Udang diberi pakan berkualitas tinggi dengan jadwal yang teratur.
o Pengelolaan kesehatan udang dilakukan untuk mencegah serangan penyakit
seperti Early Mortality Syndrome (EMS) atau White Spot Syndrome Virus
(WSSV).
4. Masa Panen
o Udang vaname biasanya dipanen setelah 90-100 hari, sementara udang windu
membutuhkan waktu lebih lama, sekitar 120-150 hari.
o Panen dilakukan secara parsial (sebagian) atau total, tergantung permintaan
pasar.
Panen Perdana dan Dukungan Bank Indonesia. Pada Januari 2022, Bank Indonesia (BI)
Provinsi Bali bersama Gabungan Kelompok Pembudidaya Ikan (Gapokkan) Kampung
Vaname Mandiri di Desa Budeng, Kecamatan Jembrana, melaksanakan panen perdana udang
vaname. BI memberikan dukungan berupa fasilitas seperti rumah pakan, plastik terpal untuk
kolam, kincir, sumur bor, dan mesin pompa tambak. Selain itu, BI juga mendorong digitalisasi
UMKM melalui penggunaan QRIS dan aplikasi pencatatan keuangan SIAPIK.
Teknologi Budidaya Modern: Busmetik dan Butamira. Politeknik Kelautan dan
Perikanan Jembrana mengembangkan teknologi budidaya udang skala mini, yaitu Busmetik
(Budidaya Udang Skala Mini Empang Plastik) dan Butamira (Budidaya Tambak Udang Mini
Skala Rumah Tangga). Teknologi ini memungkinkan budidaya udang di lahan sempit dengan
hasil yang optimal, serta ramah lingkungan karena tidak menggunakan antibiotik. Wakil Bupati
Jembrana, Kembang Hartawan, menyatakan bahwa teknologi ini dapat membangkitkan
kembali kejayaan tambak udang di Jembrana seperti pada era 1980-1990-an.
Menuju Sentra Produksi Udang Nasional. Bupati Jembrana, I Nengah Tamba,
menargetkan Jembrana sebagai salah satu sentra produksi udang vaname di Indonesia. Dengan
dukungan teknologi Ultra Intensive Aquagriculture Technology (UIAT), budidaya udang
vaname di Jembrana diharapkan mencapai produktivitas tinggi. Pemerintah Kabupaten
Jembrana telah menyiapkan lahan di beberapa desa, seperti Banyubiru, Pengambengan, dan
Yeh Embang, untuk pengembangan budidaya udang ini.
Dukungan Pemerintah Pusat. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mendukung
pengembangan budidaya udang vaname di Jembrana. Direktur Jenderal Perikanan Budidaya
KKP, TB Haeru Rahayu, mengapresiasi upaya Pemkab Jembrana dalam mengembangkan
budidaya perikanan. KKP juga mendukung pembangunan Kampung Bahari Nusantara di Desa
Pebuahan, Jembrana, sebagai kawasan budidaya udang vaname berbasis teknologi UIAT.
Tantangan Budidaya Udang di Jembrana
Meski potensial, petambak di Jembrana menghadapi beberapa kendala, seperti:
• Perubahan cuaca ekstrem yang memengaruhi kualitas air dan kesehatan udang.
• Serangan penyakit yang dapat menurunkan produktivitas.
• Fluktuasi harga pasar yang terkadang tidak stabil.
Dampak Ekonomi dan Peluang Pengembangan. Udang dari Jembrana tidak hanya
dipasarkan di Bali tetapi juga diekspor ke negara seperti Jepang, Amerika Serikat, dan Uni
Eropa. Pemerintah setempat dan stakeholder terus mendukung peningkatan produksi melalui:
• Pelatihan budidaya berkelanjutan bagi petambak.
• Penerapan teknologi bioflok dan recirculating aquaculture system (RAS) untuk
efisiensi.
• Promosi produk udang Jembrana sebagai komoditas unggulan Bali.
Kesimpulan
Panen udang di Jembrana menjadi salah satu tulang punggung perikanan Bali. Dengan
dukungan teknologi dan manajemen yang baik, budidaya udang di daerah ini berpotensi terus
berkembang, meningkatkan kesejahteraan petambak dan perekonomian regional