Pembangunan Tambak Digital Pinrang, Peluang atau Ancaman?

Masyarakat Akuakultur Indonesia meyakini Indonesia berpeluang menjadi negara eksportir udang nomor satu di dunia, jika seperempat lahan dari tiga juta hektar wilayah pesisir dijadikan tambak budidaya udang.

Pemerhati akuakultur optimis Indonesia dapat meningkatkan produksi komoditas udang hasil budidaya. Di atas kertas, 40 persen ekspor hasil laut Indonesia adalah komoditas udang. Adapun 85 persen ekspor udang merupakan hasil tambak budidaya. Saat ini, Indonesia berada di posisi kelima eksportir udang terbesar di dunia dengan produksi 550 ribu ton per tahun. Dengan tren di atas, pemerintah terus menggenjot produktivitas udang melalui pelbagai program prioritas. Lahan potensial di berbagai penjuru negeri digarap. Dari pesisir Aceh, Jawa, Lampung, Bali, dan Sulawesi. Kabar teranyar datang dari Serang, Lingkungan Ujung Baru, Pinrang. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), melalui skema Proyek Pinjaman Luar Negeri (PPLN) yang didanai Asian Development Bank (ADB), mengembangkan tambak berteknologi tinggi besutan Rynan Tech dari Vietnam yang menjadi salah satu pionir dalam inovasi akuakultur di Asia Tenggara.

Pembangunan tambak di atas lahan milik Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAP) Takalar merupakan model tambak modern pertama di Indonesia. Melalui sistem terintegrasi dengan tambak bundar, pengelolaan air, dan oksigen yang dikendalikan penuh teknologi digital. Semua digital. Dalam kajian developmentalisme, kemajuan masyarakat hanya bisa dicapai melalui intervensi pembangunan, khususnya infrastruktur. Dalam konteks Indonesia, pemerintah saat ini menggenjot peningkatan infrastruktur di bidang kelautan dan perikanan, termasuk Pinrang. Pemerintah percaya bahwa kesejahteraan sosial-ekonomi akan tercapai jika industrialisasi dan diversifikasi produk ditunjang infrastruktur yang baik. Kembali menilik pembangunan tambak modern berbasis digital di Pinrang. Dengan infrastruktur tambak yang canggih, produktivitas akan meningkat berkali lipat. Sejalan dengan itu, kesejahteraan masyarakat akan berkembang juga.

Tentunya, tambak modern di Pinrang akan menyerap tenaga kerja lokal, khususnya masyarakat yang berada di ring 1. Selama proses pembangunan, sekitar 18 persen angkatan kerja di Serang terserap. Pertumbuhan UMKM lokal juga meningkat dari belanja harian pekerja proyek. Serta, Dana Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) disalurkan untuk peningkatan rumah ibadah, sarana olahraga, dan jalan desa. Selain itu, praktik budidaya berkelanjutan yang diusung dalam proyek tambak modern mestinya dapat dijadikan contoh petambak tradisional. Sebagai bagian dari tujuan program, pendampingan petambak tradisional juga menjadi salah satu prioritas. Pemerintah menilai peningkatan produktivitas tambak pemerintah dan masyarakat di Serang harus berjalan beriringan. Meskipun begitu, alih-alih berfokus pada pertumbuhan ekonomi, dampak lingkungan dari pembangunan tambak modern di Pinrang tidak boleh diabaikan. Kawasan mangrove di Muara Passorongang harus dikawal agar tidak dialih fungsikan. Penanganan keluhan masyarakat perlu ditindaklanjuti cepat. Serta, kelompok ekspansi yang berada di kawasan Serang juga diberdayakan seperti petambak masyarakat ring 1. Dari rekam jejak PPLN yang didanai ADB, lembaga multilateral ini sangat ketat dengan isu lingkungan, termasuk dampak akibat pemindahan atau kehilangan tempat tinggal dan mata pencaharian. Dengan begitu, prinsip "no one left behind" wajib dijalankan dalam operasi proyek.

Sejauh ini, masyarakat Serang bersukur dari peluang-peluang ekonomi yang terbuka dari proyek tambak modern. Namun, semua pihak perlu terus mengawal. Koordinasi dan kolaborasi harus dijaga. Juga, yang paling penting, suara-suara masyarakat marjinal di Serang harus didengarkan.

Kontributor: Tim Fasilitator Pinrang & Saidani A.Md

Lampiran File:
Pembangunan Tambak Digital Pinrang.pdf