Perubahan Iklim dan Pentingnya Merehabilitasi Mangrove di Pesisir Kecamatan Seuneddon Provinsi Aceh
Telah kita ketahui bersama bahwa bangsa Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia menghadapi dampak signifikan dari Perubahan Iklim yang terjadi. Salah satunya adalah naiknya permukaan air laut, meningkatnya suhu, dan intensitas bencana alam seperti badai dan banjir telah mengancam keberlanjutan ekosistem pesisir serta kehidupan masyarakat Seuneddon Kabupaten Aceh Utara yang bergantung pada ekosistem laut.
Salah satu contoh konkretnya adalah abrasi yang terjadi di pesisir Desa Lhok Puuk Kecamatan Seuneddon. Abrasi telah mencapai 5 (Lima) hektare lahan yang menenggelamkan rumah penduduk, dan tambak yang tentu sangat merugikan masyarakat.
Oleh karena itu, salah satu solusi strategis untuk menghadapi meningkatnya air laut adalah dengan melakukan rehabilitasi hutan mangrove di wilayah pesisir laut Kecamatan Seuneddon Kabupaten Aceh Utara Provinsi Aceh.
Syahrizal, pria yang telah puluhan tahun mengabdi pada tambak, tak pernah menganggap mangrove sebagai tanaman liar yang mengganggu. Baginya, mangrove adalah penyelamat sejati, penopang kehidupan yang harus dirawat. Dengan dana dan tenaga pribadi, atau yang ia sebut sebagai swadaya, Syahrizal berkomitmen menanam mangrove di setiap saluran tambak yang ia kelola. “Setiap kali saya membuka lahan tambak baru, hal pertama yang saya lakukan adalah menyiapkan bibit mangrove. Saya tanam di sepanjang pematang dan saluran air. Ini sudah jadi kebiasaan,” tutur Pak Syahrizal.
Menurut Syahrizal, motivasi awal ia mau menanam mangrove adalah berfungsi sebagai benteng alami yang menahan erosi, dan melindungi dari gempuran ombak. Selain itu akar-akar mangrove juga berperan sebagai pengokoh tanah tepi tambak layaknya tiang-tiang pada bangunan, menyaring kotoran dan menjaga kualitas air tambak tetap optimal. Alhasil, udang dan ikan yang ia budidayakan menjadi lebih sehat dan menghasilkan panen yang melimpah.
Fasilitator IISAP Aceh Utara
